Tantangan besar pendidikan di wilayah pesisir Mimika tidak hanya karena persoalan kehadiran guru, tapi lebih pada peran serta orang tua dalam memotivasi anak-anak mereka untuk lebih rajin  masuk sekolah. Hal itulah yang jadi pembahasan antara para guru dengan Tim Pengarah Pendidikan Program Literasi  Kabupaten Mimika saat melakukan kunjungan ke beberapa sekolah di Kabupaten Mimika.

“Masalah  yang kami hadapai di sini karena lemahnya dukungan orang. Orang tua susah sekali memotivasi anak-anak mereka untuk datang ke sekolah setiap hari,” kata salah seorang guru SD YPPK Santo Linus Ipaya, Hendrik Patipehilohi saat menerima kunjungan Tim pengarah pendidikan program Literasi  Kabupaten Mimika, Selasa (28/3).

Hendrik mengatakan rata-rata anak yang datang ke sekolah tidak sarapan pagi.  Pada jam pelajaran berlangsung anak tiba-tiba minta izin pulang kerena lapar. Karena anak ijin lapar maka guru tidak mungkin menahan karena resikonya besar. 

“Kami  izinkan pulang setelah pulang anak-anak ini tidak mau datang lagi ke sekolah.  Dia harus cari makan dulu karena di rumah orang tuanya belum menyiapkan makanan siang hari,”kata Hendrik.

Hendrik meminta agar pemerintah betul-betul peduli dengan masalah yang terjadi ini.  Sebab, hampir semua daerah pesisir mengalami hal yang sama yakni lemahnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anak-anak  mereka. Sudah berulangkali guru bicara ke orang tua siapkan makanan pagi buat anak sebelum pergi ke sekolah, tapi tidak pernah mereka dengar.  

“Kami minta harus ada petugas khusus yang ditetapkan di kampung untuk menjaga anak-anak saat sekolah. Selain itu  kalau anak-anak tidak datang dia yang pergi cari ke rumah dan membawa anak-anak ini ke sekolah. Kami sudah coba segala cara tapi tetap tidak mempan,” ujarnya. 

Hendrik meminta pemerintah agar berlaku lebih keras kepada kepala-kepala kampung yang tidak mendukung pengembangan pendidikan karena  selama  ini aparat kampung sangat apatis terhadap pendidikan di kampung.

Hal yang sama juga dialami SDI 9 Timika saat Tim pengarah pendidikan program Literasi  Kabupaten Mimika berkunjung ke sekolah itu.  Salah satu guru, Hotensia B Kuasa  mengatakan kebanyakan anak-anak datang ke sekolah tidak makan pagi.  Jam sekolah mereka minta izsin pulang karena lapar guru tidak bisa menahan mereka. 

Hortensia mengatakan lemahnya motivasi orang tua menyebabkan banyak anak-anak yang sudah berumur tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.  Hortensia berharap agar Lembaga Adat Lemasa dan Lemasko juga bisa membantu memberikan arahan kepada masyarakat untuk penting pendidikan untuk sebuah generasi.

Selain itu guru SDI 12 Timika, Elia K mengatakan lemahnya pendidikan di pesisir dan Mimika karena kudungan orangtua terhadap pendidikan anak-anak mereka masih sangat lemah. Anak pagi hari datang ke sekolah tidak sarapan pagi, dan saat jam siang ada yang sudah mengantuk bahkan ada juga yang minta pulang cepat karena sudah lapar. 

Menanggapi hal tersebut tim pengarah pendidikan program literasi Polmen Tampubolon  meminta kepada para guru agar terus membangun komunukasi yang intens dengan para orang tua agar  masalah ini bisa diselesaikan secara baik.

“Perlu pendekatan kepada orang tua. Guru harus berkunjung ke orang tua dan terus memberikan pemahaman. memang tidak muda tapi kita lakukan dengan niat pasti itu ada jalan,” kata Polmen.

Polmen mengatakan melakukan pendekatan dengan para orang tua agar memotivasi anaknya datang ke sekolah bukanlah hal yang muda namun hal tersebut harus dilakukan secara berulang ulang maka pasti akan membawakan hasil yang baik.

Sementara itu tim pengarah lainnya,  Vincen Apoka menyarankan untuk mengatasi masalah tersebut maka butuh kerjasama yang baik dengan melibatkan semua pihak.  Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama sehingga semua stakeholder terlibat aktif mendorong orang tua sehingga memiliki kesadaran untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. 

Sementara itu, Ketua Komisi IV Lemasko yang membidangi Sumber Daya Manusia (SDM) Sabinus Bokeyau meminta kepada para guru untuk tetap sabar karena ini adalah tantangan yang harus di hadapi sebagai pengajar dan pendidik. 

 “Saya berharap agar tidak harus menyerah.  Begitu sudah kalau kita jadi guru. Saya juga dulu pernah dipukul sama orang tua gara-gara mendidik anak anak mereka,”kata Sabinus.

Sabinus mengatakan bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama sehingga semua elemen masyarakat harus betul-betul peduli dan setia dengan persoalan yang terjadi. Dukungan dari orang tua juga sangat dibutuhkan sehingga sebuah proses belajar mengajar tersebut dapat berjalan dengan baik. (***)