Tim pengarah pendidikan program Literasi Kabupaten Mimika melakukan kunjungan ke sekolah yang menjadi sasaran program literasi. Kali ini tim pengarah pendidikan melakukan kunjungan pada dua sekolah yaikni SD Inpres Timika 12 Distrik Kuala Kencana dan SD Inpres Timika 9 Distrik Iwaka.
Literasi merupakan program kerjasama antara Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, Unicef, Yayasan Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Papua (YP2KP) sebagai pelaksana program dan didukung Pemerintah Australia.
Kunjungan tim pengarah pendidikan didampingi Fasilitator Community Unicef, Thomas Lamatapo. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat dan mengavaluasi progress program literasi di sekolah.
“Kendala yang kami hadapi di sini adalah masih lemahnya dukungan orang tua. Kami juga meminta kepada pihak YP2KP agar menambah buku empat garis karena di sini masih kurang buku itu,”kata salah satu guru SD impres 12 Timika Eli K saat menyampaikan kendala yang mereka hadapi selama ini.
Eli mengatakan, progam literasi adalah salah satu program yang sangat baik buat anak-anak di sekolah tingkat dasar. Siswa bisa mengikuti program ini dengan baik, serta perlu mendapat dukungan dari orang tua dalam menumbukan semangat belajar anak.
Keluhan akan lemahnya dukungan orang tua juga disampaikan salah satu guru SDI Timika 9 Hortensia B Puasa. Hortensia mengatakan lemahnya dukungan orang tua menyebabkan anak-anak malas datang ke sekolah.
“Di sini banyak kendala yang kami hadapi terutama lemahnya dukungan orang tua. Kedua, kalau bisa program pemberian makanan tambahan juga perlu dilakukan, karena di sini kalau sudah siang anak biasa pulang karena lapar,”kata Hortensia.
Menanggapi hal tersebut tim pengarah pendidikan program literasi Polmen Tampubolon mengatakan pendidikan itu tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Dibutuhkan keterlibatan semua elemen sehingga proses pendidikan di sekolah berjalan dengan baik.
Oleh karena itu sekolah perlu membangun komunikasi yang intensif bersama dengan orang tua agar kendala yang dihadapi bisa diselesaikan dengan baik.
“Perlu pendekatan kepada orang tua. Guru harus berkunjung ke orangtua dan terus memberikan pemahaman betapa pentingnya pendidikan. Memang tidak mudah, tapi kita harus lakukan agar bisa membangun pemahaman orang tua,”kata Polmen.
Dukungan terhadap para guru juga datang dari Kepala Kampung Utikini 1 SP 12, Marton Wenda. Marten mengatakan kalau program literasi yang saat ini dikembangkan di sekolah sangat baik, sehingga program ini terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Program literasi kata Marton, sangat membantu siswa kelas awal untuk bisa membaca dan menulis. Terkait dengan kendala yang dihadapi para guru, Marton berharap agar sekolah bisa membuka diri dengan aparat kampung dan tokoh-tokoh masyarakat agar bersama-sama bisa mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi saat ini.
“Terima kasih banyak kepada YP2KP sebagai Lembaga pelaksana program sehingga program ini berjalan dengan baik. Terima kasih juga kepada Unicef karena terus mendorong program ini terus berjalan. Saya mau program ini terus berjalan. Terima kasih banyak untuk para pengawas. Memang perlu dukungan semua pihak untuk memajukan pendidikan di daerah ini,”kata Merten.
Dukungan terhadap program literasi juga disampaikan oleh kepala Distrik Kuala Kencana Everth Hindom. Everth mengatakan, sebagai kepala Distrik dirinya juga mendukung penuh program literasi yang sedang di jalan di beberapa sekolah yang ada di Distrik Kuala Kencana.
“Kami berharap agar program ini tetap berjalan terus sehingga bisa memberi dampak yang baik bagi anak-anak. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada YP2KP sebagai lembaga pelaksana program ini dan juga kepada Unicef. Kepada para pengawas kami berharap program ini terus berjalan ditahun-tahun mendatang,” kata Everth.
Sementara Fasilitator Community Unicef, Thomas Lamatapo mengatakan kunjungan ini bertujuan untuk melihat progress dari program literasi di sekolah. Kunjungan kali ini juga mau melihat dan mendengar secara langsung kendala dan masalah yang dihadapi para guru selama kegiatan belajar mengajar khusus dalam program literasi.
Terkait permintaan dari para guru tentang sarana pendukung pengembangan program literasi, Thomas mengatakan hal ini nantinya akan menjadi evaluasi oleh pihaknya.
Namun Thomas menegaskan, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Karena itu ia berharap agar apabila ada hal-hal yang tidak didukung oleh Unicef, maka Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Pemerintah Kampung dan pihak sekolah dapat mengatasinya.
“Bantuan dari Unicef ini kan sangat terbatas sehingga tidak mungkin mengkover semua kebutuhan sekolah. Karena pemerintah kampung bisa memberikan alokasi dana desa untuk membantu sekolah. Begitu juga dengan sekolah dapat menggunakan dana bos untuk menanggulangi kekurangan di sekolah,” tegas Thomas. (***)