Program literasi kelas awal dukungan UNICEF telah direplikasi secara mandiri oleh 9 sekolah di Kabupaten Mimika. Replikasi tersebut terjadi setelah YP2KP melakukan sosialisasi pada bulan Agustus 2018 dan telah menjaring sebanyak 9 sekolah yang berminat mereplikasi program literasi kelas awal dukungan Pemerintah Australia UNICEF-DFAT.
Sekolah-sekolah yang dengan mandiri mereplikasi program literasi adalah SD Torsina, SD Santa Maria, SD Ma’arif, SD Yosua, SD Yapis Al Furqon, SD Fertigo, SD Smirna, SD Mapurujaya.
Setelah berkomitmen replikasi, guru dan kepala sekolah dari 9 sekolah tersebut diberi pelatihan komponen-komponen literasi oleh YP2KP yang diselenggarakan di SD Torsina, selama satu minggu dari Senin (15/10/2018) hingga Sabtu (21/10/2018). Pelatihan diikuti sebanyak 63 peserta.
Program Manajer YP2KP, Angga Trio Wahana berharap pelatihan dapat diikuti dengan baik oleh guru-guru sekolah replikasi. Sehingga nantinya ketika guru-guru bertugas, mereka bisa menerapkan materi literasi di sekolah.
“Program literasi ini sudah dari 2015 dan selama selama ini khusus untuk 20 sekolah binaan di daerah pinggiran dan terpencil. Tapi akhirnya, pada tahun 2018 program literasi direplikasi oleh sekolah swasta di Mimika. YP2KP selaku mitra pelaksana UNICEF siap untuk mendukung untuk penuntasan baca tulis kelas awal,” katanya.
Angga menambahkan, bentuk dukungan dari YP2KP untuk sekolah-sekolah replikasi adalah pelatihan literasi, pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pelatihan disiplin positif, pelatihan manajemen perpustakaan ramah anak dan pelatihan perlindungan anak.
Ditemui disela-sela pelatihan, salah satu peserta sekaligus Kepala Sekolah SD Torsina, Yery Layuk, S.Pd mengungkapkan, pelatihan literasi tersebut sangat membantu guru-guru terutama untuk mengajar kelas awal. Literasi sebagai metode sangat bagus diterapkan, karena bisa membuat anak-anak menjadi lebih cepat paham membaca dan mengenal huruf.
“Pelatihan ini menambah pengetahuan dan wawasan guru. Awalnya kita masih bingung, bagaimana caranya menggabungkan literasi dengan K13, karena guru-guru dikejar dengan RPP, pengawas datang juga dengan RPP. Tapi saya lihat sepertinya bisa, yang penting gurunya bisa kreatif saja,” ungkapnya.
Yery menerangkan, yang menjadi kendala guru mengajarkan baca tulis anak kelas awal selama ini adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran yang kurang kaya. Namun ternyata metode literasi bisa menjawab kendala pembelajaran selama ini.
“Selama ini kita memperkenalkan huruf ke anak sesuai alphabet, dari A-Z. Ternyata, setelah ikut kegiatan ini kita jadi tahu pengenalan huruf tidak harus sesuai alphabet. Belajar dengan metode literasi ini guru juga diajari untuk menggunakan lagu memanfaatkan media gambar. Sesuai sekali diterapkan bagi anak kelas awal,” jelasnya. (yp2kp)