UNICEF Papua melalui mitranya, YP2KP Mimika menggelar pelatihan Laporan Keuangan Terpadu (LKT) pada 15 sekolah dasar di Timika di Hotel Serayu, 27-28 November 2017. Kali ini yang dilatih UNICEF adalah sekolah imbas yang selama ini tidak didampingi UNICEF. Para peserta dilatih langsung oleh Konsultan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) UNICEF Papua Lutfi Firdausi dan Fasilitator Pendidikan Kabupaten (Faspenkab) YP2KP Mimika, Yusuf Pala Pakiding.

 15 sekolah tersebut adalah sekolah negeri maupun swasta di seputaran Timika, diantaranya, SD St Maria, SDI Timika VI, SDN 12, SDI Kwamki I, SDN Inauga, SD YPPK Ebenheizer, SDI Timika XII, SDI Timika II, SDI Koperapoka I, SDI Timika IV, SDI Nayaro, SD Fretigo, SD YPPK Tigaraja, SDI Timika X.

Program Manajer YP2KP, Angga Trio Wahana mengungkapkan, pelatihan ini dilakukan agar pihak sekolah bisa membuat perencanaan dan pelaporan secara terpadu, terutama dalam pengelolaan BOS.

“Bagaimana sekolah melalui aplikasi bisa membuat perencanaan dan pelaporan dengan multi sumber. Pihak sekolah ini terdiri dari kepala sekolah, guru maupun bendahara,” jelasnya. 

Angga menjelaskan, dengan pelatihan ini ditargetkan sekolah dapat membuat Rencana Kerja Tahunan Seolah (RKTS) dalam satu tahun secara global. Sekolah dapat membuat perencanaan anggaran secara detail per triwulan. Sekolah dapat membuat pembukuan, kas umum, kas tunai, pembantu pajak, pembantu bank.

“Karena sekolah sudah mendapatkan dana BOS, dan dana BOS ada petunjuk teknis (juknis). Hanya saja, sekolah belum paham membuat laporan sesuai juknis. Karena setiap tahun juknis bos berubah, itu yang membuat sekolah bingung. Makanya kita latih sekolah sekarang, sesuai juknis terbaru 2017. Sudah menjadi kewajiban sekolah untuk gunakan dan laporkan dengan baik,” jelasnya. 

Angga menerangkan, pihak sekolah dilatih untuk mengisi aplikasi digital untuk membuat laporan keuangan. Aplikasi ini membantu sekolah, karena selain sekolah membuat laporan ke dinas, sekolah juga membuat laporan secara digital dan online. Karena berbasis aplikasi, pihak sekolah lebih dituntut untuk menggunakan komputer.  

“Secara umum, pihak sekolah sebenarnya paham, tapi kendalanya saat ini adalah sekolah belum terbiasa dengan aplikasi MBS sesuai dengan juknis BOS terbaru. Selain itu, pembukuan sekolah yang kemarin-kemarin catatan transaksinya masih kurang rapi, sistem kebut semalam.Kalau tiap transaksi dicatat, sebenarnya akan mudah membuat laporan. Untuk mengatasi itu, setelah pelatihan ini, kita masih memberikan pendampingan,” ungkapnya. (yp2kp)