Yayasan Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Papua (YP2KP) mitra pelaksana program literasi dukungan Pemerintah Australia, UNICEF-DFAT bersinergi dengan Dinas Pendidikan Mimika melatih program literasi pada 120 guru kontrak dan mahasiswa praktek Kolose Pendidikan Guru (KPG) Mimika selama lima hari, Senin-Jumat, 29 Januari-2 Februari 2018 bertempat di Sentra Pendidikan.

Pelatihan tersebut merupakan bentuk kerjasama harmonis antara YP2KP dengan Dinas Pendidikan Mimika untuk mengentaskan buta aksara kelas awal di Kabupaten Mimika. Sehingga nantinya ketika guru-guru bertugas, mereka bisa menerapkan materi literasi di sekolah.

Pelatihan tersebut dibuka langsung Kepala Dispen Mimika, Jenny O Usmani yang didampingi Master Trainers Literasi Unicef Provinsi Papua Rini Harwati Sikirit dan Program Manajer YP2KP, Angga Trio Wahana di Aula SMA Sentra Pendidikan, Senin (29/1).

Master Trainers Literasi Unicef Provinsi Papua Rini Harwati Sikirit saat memberi sambutan menyatakan terima kasihnya pada Dinas Pendidikan Mimika yang sudah mereplikasi program literasi dan memberi pelatihan pada guru kontrak dan mahasiswa.

“Program literasi ini sudah dari 2015, pada tahun 2018 ini akhirnya program literasi direplikasi oleh Dinas Pendidikan. YP2KP selaku mitra pelaksana siap untuk mendukung dan memberikan pelatihan kapanpun apabila Dinas Pendidikan membutuhkan suport untuk penuntasan baca tulis kelas awal,” katanya.

Rini menjelaskan, program literasi adalah program pengentasan buta huruf kelas awal dukungan pemerintah australia melalui Unicef yang dilaksanakan di enam kabupaten di Papua dan Papua Barat.

“Untuk Kabupaten Mimika, sudah ada 20 sekolah sasaran di daerah pinggiran dan terpencil yang diintervensi UNICEF melalui YP2KP. Mudah-mudah dengan adanya pelatihan kali ini dinas pendidikan dapat mengimbaskan program literasi di sekolah negri di Kabupaten Mimika,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, Kadispen Mimika Jenny O Usmani menyatakan, sudah menjadi tanggung jawab Dispen untuk memajukan pendidikan di Kabupaten Mimika. Karenanya, pelatihan diselenggarakan agar  pendidikan di Mimika lebih baik. Setidaknya pendidikan 3M bisa tuntas.

“Bukan rahasia lagi, kalau di Mimika, angka buta aksara masih tinggi. Itu berarti anak-anak usia sekolah tidak tuntas 3M. Jika baca tulis (3M) saja anak murid tidak tuntas, maka ada syaraf motorik yang nantinya tidak berfungsi. Seharusnya, anak usia kelas 3 SD sudah tuntas baca tulisnya,” katanya.

Jenny menerangkan, Dispen Mimika bekerjasama dengan YP2KP dan UNICEF agar kerja mengajar guru bisa terukur. Sehingga, Dispen tidak hanya mengontrak guru tiap tahun, tapi tidak tahu hasil akhirnya seperti apa dan tidak terukur.

“Kita tidak bisa kontrak sampai berpuluh-puluh tahun. Jadi kita harus bisa menilai, apa yang kita kerjakan (mengontrak guru) ini benar atau tidak, ada hasilnya atau tidak. Karena hasil akhir dari ini bagaimana anak-anak yang kita layani, tuntas pendidikannya. Minimal 3M (membaca, menulis, menghitung) nya.

Jenny mengungkapkan, sudah menjadi tugas Dispen untuk pastikan anak-anak di Mimika bisa bersaing dengan anak-anak dari luar Mimika. Meskipun hasilnya tidak bisa instan dalam waktu dekat ini, tapi setidaknya harus ada target ke depannya pendidikan di Mimika harus maju. Karena pendidikan adalah ivestasi bangsa. Tidak ada sesuatu yang bisa berubah tanpa pendidikan. Karena pendidikan bisa merubah peradaban.

“Kita bertanggung jawab atas yang kita kerjakan hari ini. Sekarang saya tidak mau pendidikan di Timika ini dikelola dengan istilah “yang penting dia lulus”. Saya punya beban. Jika kita salah mengurus pendidikan, maka ke depannya anak jadi tidak baik,” ungkapnya.

Jenny menyatakan, selain pendidikan menjadi tanggung jawab dinas, pendidikan juga jadi tanggung jawab guru. Seorang guru jangan sampai tidak tahu bagaimana caranya untuk mendidik. Seorang guru semua harus paham, pendidikan dan pengajaran adalah hal yang jadi satu. Karena itu seorang guru harus tahu, penanganan pendidikan harus bertahap, ada fasenya.

“Kita mengajar juga harus mendidik anak-anak. Jadi harus tahu perkembangan anak-anak.Sekarang banyak yang mengkritik, guru-guru sekarang tidak ada hati. Jangan sampai pandangan seperti itu terjadi, mulailah mencintai profesi guru. Karena dari gurulah kita hidup. Cintailah anak-anak murid di kampung-kampung, karena apa yang kita tanam di tanah ini, itulah yang kita panen,” terangnya.

Jenny menambahkan, selain memperbaiki mutu pendidikan, tugas dinas juga memperbaiki mutu guru. Karena masih ada guru yang sampai sekarang ternyata masih tidak tahu cara mengajar. Karena tugas guru juga 3M yaitu mengundang, mengawas dan melayani.

 

“Kalau guru mengajar baik, manfaatnya akan terlihat pada anak-anak yang kita didik. Karenanya bekerjalah untuk anak murid. Jika guru mengajar baik, maka anak akan baik. Tapi jika guru tidak mengajar baik, maka anak-anak juga tidak baik,” tambahnya. (YP2KP)