Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayan Kabupaten (Dispendasabud) Mimika dan Unicef Papua melalui Yayasan Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Papua (YP2KP) sebagai mitra pelaksana program literasi melakukan monitoring bersama ke sekolah sasaran program di Distrik Amar tepatnya di sekolah SD YPPK Santo Fransiskus Xaverius, Amar, Distrik Amar, pada Sabtu (4/11).
Adapun tim monitoring semua kelas di SD YPPK Santo Fransiskus Xaverius Amar yang ikut dalam kunjungan tersebut, Pengawas SD Dispendasbud sebanyak tiga orang yakni, Koordinator Pengawas, Petrus Pedro Nong Wawa, Pengawas SD, Roma Panjaitan, Pengawas SD, Petrus Selarubun, Kepala Biro Pendidikan Lemasko, Sabinus Bokeyau dan Kasubdit Bappeda Mimika Vinsen Apoka dan Fasilitator Community Progam Literasi YP2KP, Thomas Lamatapo.
Kunjungan itu bertujuan untuk memantau secara langsung proses pengembang program literasi, kedala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan program literasi dan proses pembelajaran di sekolah tersebut. Seperti diketahui bahwa program literasi adalah program kerja sama Dispendasbud Mimika dan Unicef dengan YP2KP sebagai mitra pelaksana program tersebut.
Tim yang ada langsung masuk ke kelas-kelas dan mengecek secara langsung perkembangan siswa-siswa ini, mulai dari Kelas I-VI. Dan ternyata masih banyak siswa yang belum mengenal huruf dan membaca. Namun ada juga yang membacanya masih mengeja-eja. Usai monitoring ke kelas-kelas, tim melakukan pertemuan singkat bersama guru-guru untuk menyampaikan kendala-kendala yang dialami selama ini.
"Program ini sangat membantu anak-anak kami, namun yang menjadi kendala sehingga program ini tidak bisa berkembang dengan baik karena masih banyak anak-anak yang di bawa sama orang tuanya untuk pergi mencari dan meninggalkan sekolah, sehingga tidak dapat mengikuti program baca tulis dengan baik," ungkap Guru Kelas III SD YPPK, Santo Fransiskus Xaverius Amar, Yohanes Wangku saat pertemuan.
Yohanes mengatakan, bahkan setiap hari guru harus ke rumah-rumah masyarakat karena untuk bisa memberi nasehat dan sharing dengan orangtua. Sebagai tenaga pendidikan disini butuh kerja keras ataupun situasi dan kondisinya, tetapi sebagai seorang guru harus tetap mendorong anak-anak agar bagaimana supaya mengerti pentingnya sekolah dan pendidikan.
"Di kampung ini banyak kendalanya tetapi kami tetap bekerja terus untuk membangun anak-anak kami bisa lebih baik lagi supaya kami juga bisa menuntaskan 3M (membaca, menulis dan menghitung). Kelas I itu sebanyak 80 lebih tetapi yang hadir hanya 15-20 anak saja karena mereka selalu ikut orangtua melaut, hari ini anak-anak masuk karena orangtua mereka tidak melaut, besok nanti yang hadir wajah lain lagi karena bisa saja yang hadir ini besok mereka ikut orangtuanya melaut lagi,” tururnya.
Sementara itu salah satu guru kelas, bernama Simporyanus Koari berharap agar progam tersebut terus berjalan hingga ke pelosok lainnya, lantaran progam ini sangat membantu anak-anak untuk dapat mengenal huruf-huruf dan dapat membaca.
Penjaga Sekolah, SD YPPK, Santo Fransiskus Xaverius Amar, Bafo Yanapea juga mengeluhkan persoalan yang sama bahwa bahwa orangtua sebetulnya tidak tegas untuk menyuruh anaknya ke sekolah. Padahal sudah sering dikatakan bahwa pendidikan anak itu sangat penting untuk membantu orangtua kedepannya.
Menanggapi keluhan-keluhan tersebut Koordinator Pengawas Dispendasbud, Petrus mengatakan, progam ini harus mendapat respon positif dari kepala sekolah karena jika tidak, maka guru-guru tidak semangat menjalankan progam literasi itu. Sebab di sejumlah sekolah pesisir mengalami hal yang sama yakni lemahnya motivasi orangtua dalam mendorong anak mereka untuk datang ke sekolah dan mengikuti proses belajar mengajar.
"Jadi, guru lebih sabar lagi dan jangan menyerah untuk membuat satu perubahan. Lakukan apa yang bisa dilakukan walau hanya satu atau dua anak saja dan kendala ini hampir semua sekolah di pesisir seperti ini. Kesadaran dari orangtua tentang sekolah juga masih minim, tetapi jika terus didampingi pasti orangtua akan mengerti tentang pentingnya pendidikan," tutur Nong.
Selanjutnya Pengawas SD Dispendasbud, Petrus mengatakan, organisasi ini bisa berjalan dan jelas jika guru-guru dan kepala sekolah perbanyak rapat bersama dengan orangtua murid, agar orangtua tahu bagaimana pentingnya pendidikan itu.
"Yang normalnya itu paling kurang satu tahun tiga kali. Inti dari itu untuk membangun pemahaman, jika semua orang paham berarti kami bisa majukan pendidikan ini. Tadi saya masuk di kelas dua itu hanya dua siswa saja yang bisa dinyatakan naik kelas," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Biro Pendidikan Lemasko, Sabinus mengatakan, masyarakat masih terikat dengan 3S (sungai, sampan, sagu). Jika budaya ini bisa dihilangkan, maka anak-anak di pedalaman bisa lebih fokus ke pendidikan.
"Sekarang guru harus bekerja keras untuk terus berusaha supaya anak-anak bisa berkembang untuk generasi kedepan," kata Sabinus.
Kasubdit Bappeda, Vinsen menuturkan, setiap siswa harus tahu kepala distriknya. Sebab di dalam distrik ada berapa kampung, ada berapa RT, tempat rawan banjir dimana, jarak dari rumah ke sekolah berapa meter, ini hal sosial yang akan berlanjut sepanjang hidupnya. Karakter 3S itu akan berubah jika anak tahu hal-hal ini secara tidak langsung.
"Guru harus bekerjasama dengan kepala distrik dan kepala kampung, karena progam kerja sekolah ada musrembang distrik dan kampung dan yang buat itu adalah kami dari Bappeda. Belanja pegawai lebih besar dari pada operasional," ujar Vinsen.
Menanggapi hal tersebut, Fasilitator Community Progam Literasi YP2KP, Thomas menjelaskan, progam literasi tersebut sudah berjalan di 20 sekolah. Sekolah-sekolah itu bukan dipilih dari Unicef tetapi rekomendasi dari Dispendasbud dan YPPK Tilemans.
"Jadi mereka lakukan survey sekolah-sekolah dan dapat 30 sekolah, 10 sekolah sebagai pembanding dan 20 sekolah sebagai sasaran program literasi. Ini progam kemitraan yang didukung oleh Pemerintah Australia yang sesuai kontrak literasi hingga Juni 2018," tutur Thomas.
Menurut Thomas, jika ada dukungan dari Pemda Mimika, maka program ini akan berlanjut hingga tahun 2020 mendatang. Kalau tidak, maka progam ini akan beralih ke kabupaten lainnya dan progam literasi tersebut masing-masing didampingi oleh satu mentor dari Unicef. (yp2kp)