UNICEF didukung Yayasan Pembangunan dan Pendidikan Kesehatan Papua (YP2KP) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (Dispendasbud) Mimika memberi pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan revitalisasi komite sekolah pada 20 sekolah binaannya. Pelatihan tersebut diselenggarakan selama lima hari, sejak Senin (7/8/2017) hingga Jumat (11/8/2017) di Hotel Serayu.

Konsultan MBS UNICEF Papua, Hendro Yudi hadir langsung untuk memberi pelatihan dan pendampingan. Selain itu, pelatihan dihadiri pula Pengawas SD Dispendasbud Mimika, Rosihan Ahmad. Selain 20 sekolah binaan UNICEF, ada dua sekolah yang juga ikut pelatihan, yaitu SD Efata, SD Inpres Kwamki Narama.

Hendro mengatakan, tujuan pelatihan MBS agar pihak sekolah, mampu merencakan program sesuai kebutuhan sekolah, bukan keinginan. Agar kepala sekolah mengerti kondisi sekolahnya, tahu apa yang diperbuat berdasar kondisi sekolah.

“Dengan begitu, bisa tingkatkan transparansi sekolah, dan pengelolaan dana BOS efektif dan efisien, karena ada perencanaannya. Karena ternyata sebagian besar kepsek tidak mengetahui, beberapa hal yang menjadi tanggung jawab dinas dan tanggung jawab sekolah,” katanya.

Hendro mengungkapkan, dengan MBS, maka sekolah bisa melakukan perencanaan berbasis bukti dan berbasis juknis BOS (apa yang perlu dan harus dibiayai dengan BOS). Pihak sekolah dilatih menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS), Rencana Kerja Tahunan (RKT).

Hendro menjelaskan, dalam lima hari pelatihan, dibagi menjadi dua sesi. Selama empat hari digunakan untuk sesi pertama yaitu perencanaan dan penganggaran sekolah. Hari pertama, sekolah diajak melakukan evaluasi. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sekolah, sehingga bisa memahami dan mengerti kebutuhan sekolah hingga empat tahun ke depan

Hari kedua untuk identifikasi sumber pendanaan. Memetakan dari mana saja dana seberapa besar dana yang dibutuhkan sekolah. Dengan mengetahui sumber anggaran, kemudian pada hari ketiga sekolah melakukan perencanaan kegiatan untuk empat tahun. Kemudian hari keempat, sekolah dilatih menyusun kegiatan jangka pendek atau RKT.

Sedangkan pelatihan sesi kedua dilakukan pada hari kelima, yaitu untuk revitalisasi komite sekolah. Karena, ternyata 20 sekolah yang didampingi UNICEF, rata-rata komite sekolahnya tidak aktif, bahkan sebagian besar tidak memiliki komite sekolah. Revitalisasi komite sekolah ini memberi pengertian pada komite sekolah supaya jadi mitra sekolah. Sehingga komite sekolah dan pihak sekolah bersama-sama memastikan proses belajar mengajar berjalan. 

“Harapan kita, di hari kelima draf RKS sudah jadi dan bisa disosialisasikan ke aparat kampung, agar bisa membantu membiayai sekolah. Makanya kita undang komite untuk menjembatani kepala sekolah bertemu aparat kampung, mendiskusikan anggaran yang bisa dibantu kampung karena dana sekolah terbatas,” jelasnya.

Pengawas SD Dispendasbud Mimika, Rosihan Ahmad mengapresiasi pelatihan yang dilakukan UNICEF tersebut. Karena jika sekolah dilatih menyusun RKS, RKAS, dan RKT maka dapat membantu Dispendasbud. Dimana, RKS, RKAS dan RKT dari sekolah dijadikan bahan untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Dispendasbud. 

“Pelatihan ini sebenarnya tanggung jawab dinas. Tapi ternyata UNICEF punya kepedulian untuk pendidikan di Kabupaten Mimika. Harapan saya, ke depannya bukan hanya sekolah binaan UNICEF saja yang dilatih MBS. Ke depan, kalau bisa UNICEF berkolaborasi dengan dinas buat pelatihan dengan seluruh sekolah di Mimika,” ujarnya. 

Salah satu peserta pelatihan, Kepala Sekolah SD Inpres Timika 13, Agustinus Dewa Kolin S.Pd sangat berterima kasih dengan UNICEF karena telah melatih MBS. Dengan MBS, maka tujuan pembangunan sekolah menjadi jelas. Dengan begitu, laporan pertangung jawaban (LPJ) yang dibuat sekolah akan semakin transparan. 

“Selama ini kita tidak tahu sekali penyusunan RKT, RKAS dan RKT. Sebelumnya, kita main tabrak saja, hanya bayang-bayang saja. Tapi dengan pelatihan ini, kita jadi kerja ke depan seperti apa. Ini luar biasa,” jelasnya. (yp2kp)